
Saat ini
aku benar-benar merasa terbang di udara, tubuhku ringan sekali. Samar-samar aku
mendengar suara seorang lelaki "Nina...Nina...bertahanlah.." suara
yang semakin lama semakin meredup dan akhirnya hilang. Aku perlahan membuka
mataku, kulihat di sekelilingku. Hanya ada lorong putih di sekelilingku dan..hanya
aku sendiri di sini. "Aku di mana ?? Tio ??? di mana Tio? mengapa semuanya
menghilang ??" Seseorang...tolong..tolong bebaskan aku dari tempat ini.
Aku masih ingin bertemu dengannya. Tio...aku belum sempat minta maaf kepadanyanya. Tolong bantu aku keluar dari tempat ini...!!
Kamar operasi tertutup rapat, lampu penanda adanya aktivitas di dalam sana
masih terlihat menyala. Di sudut ruang tunggu
pasien operasi, seorang pria
berumur 20 an tampak sedang murung. Wajahnya melukiskan ada segurat kecemasan
dan kesedihan. Sudah 30 menit berlalu, pemuda itu masih tetap di tempat itu.
Sesekali ia mendekat ke pintu masuk ruang operasi, ingin masuk ke dalamnya dan
melihat apa yang terjadi di sana. Sesekali juga ia menggigit ujung jarinya dan
berjalan mondar mandir tampak sangat cemas. Mungkin karena kecemasannya yang
berlebihan hingga ia memutuskan untuk duduk dan menundukkan kepalanya. Dengan
lirihnya ia seraya mengatakan "Nina..bertahanlah...kau pasti bisa melewati
operasi ini dan melewati masa kritismu...Tuhan..kumohon sukseskan operasinya.."
Tak lama setelahnya pintu terbuka lebar. Seorang dokter berpakaian operasi
tampak keluar dari ruang tersebut. Lelaki yang tadi tampak cemas kini tampak
bersemangat, dengan penuh harap dia menghampiri dokter tersebut. "Dokter,
bagaimana keadaan pacar saya, bagaimana keadaan Nina ??" dengan hati-hati
dokter itu pun menjelaskan "saudara Tio, operasinya berjalan lancar,
saudari Nina sekarang masih dalam masa kritis, tetapi anda tenang saja, hal
demikian wajar. Jika nanti malam saudari Nina dapat melewati masa kritisnya
maka semua akan baik-baik saja namun saya meminta maaf sebelumnya kepada anda
saudara Tio. "Maaf untuk apa dokter, anda mengatakan operasinya lancar,
lalu apa yang menjadi permasalahan hingga anda meminta maaf ?" Operasinya
mungkin berjalan lancar namun tidak sempurna. Kemungkinan buruk kemungkinan
besar bisa terjadi."Dengan menghela napas dokter Edi menjelaskan secara
perlahan "Maafkan saya saudara Tio, tim dokter sudah berusaha semaksimal
mungkin, namun kemungkinan terburuknya, karena kecelakaan itu saudara Nina akan
lumpuh seumur hidup dan hanya dapat berjalan dengan bantuan kursi roda."
Tio serasa lututnya lemah, hingga dia jatuh tersimpuh, dengan suara parau Tio
berkata "Dokter, tolong lakukan apa saja, lakukan yang terbaik, buat Nina
bisa berjalan kembali dokter, tolong dokter."
Waktu
menunjukkan pukul 22.00. Suasana ruangan itu tampak sunyi sepi, hanya suara
alat medis saja yang terdengar nyaring. Di sebelah tempat tidur pasien
Tio terus menerus memegang tangan orang yang sangat dicintainya. Mengelusnya
secara perlahan seraya berbisik "Nina, kamu pasti bisa melewati masa
kritismu Nina, kumohon berjuanglah, buka matamu untukku Nina.."
Di
tempat yang berbeda Nina menangis tersedu-sedu, ia berusaha berjalan menelusuri
lorong putih tersebut namun tetap saja ia tak menemukan jalan keluar. Bukannya
malah keluar, tetapi ia semakin tersesat jauh. Lorong tersebut tak berujung.
Semua tampak sama. Hingga tiba-tiba terdengar suara "Nina, kembalilah. Aku
mencintaimu." Nina tersentak, itu suara yang sangat ia kenal. Tio...ya itu
suara Tio. Nina hendak mengejar ke arah datangnya suara tersebut, namun belum
sempat ia melakukannya sebuah energi yang sangat besar menariknya hingga dia
tak merasakan apa-apa lagi.
Perlahan Nina membuka mata, dia melihat ke sekeliling hingga dia berhenti pada
satu titik, di mana sosok yang sangat dikenalnya sedang mengelus dan memegangi
tangannya."Tio..Tio". Mendengar suara itu Tio melihat ke arah
datangnya suara "Nina..kau sudah sadar sayang ?? kau baik-baik saja
kan?" Tio, aku baik-baik saja. Aku hanya merasa lelah saja mencarimu di
lorong putih itu, namun tak pernah kutemui sosokmu yang amat menyebalkan itu,
hingga aku mendengar kau memanggilku dan aku bisa kembali lagi. Makasih
ya." Nina menjawabnya dengan suara lemah. "Sudah dulu ya ceritanya,
aku panggil dokter dulu untuk memeriksa kondisimu" Tio mengelus rambut Nina
dan bergegas keluar ruangan untuk memanggil dokter."
Tak
lama setelahnya Tio kembali dengan dokter dan suster yang akan memeriksa
kondisi Nina. Tio masuk terlebih dahulu, sementara dokter dan suster jaga
mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan lanjutan. Begitu masuk
Tio langsung menghampiri Nina. Dengan setengah berlari ia terkejut melihat Nina
menangis sambil berusaha melepaskan alat-alat medis yang masih ada pada
tubuhnya. "Nina...kamu kenapa, mengapa demikian ? kamu gak suka bisa
bertemu denganku lagi?" Tio...aku lebih baik mati Tio, semua ini tak ada
gunanya. Aku tak dapat menggerakkan kedua kakiku. Aku lumpuh Tio, aku lumpuh.
Aku mau mati saja. Aku hanya akan merepotkan semua orang."Ucap Nina sambil
berteriak histeris. Seraya memeluk Nina dan mencoba menenangkannya Tio berkata.
"Nina, tenanglah tenang, ada aku. Aku yang selalu mencintaimu apapun
keadaanmu. Kenapa kamu khawatir, apa kamu masih gak percaya sama aku Nina.
Sampai kapan kamu tidak mempercayaiku. Apa aku perlu mati untuk membuktikan
keseriusanku ?" Suasana ruangan mengharu biru, hingga akhirnya dokter dan
suster jaga masuk memeriksa kondisi Nina seraya memberikan penjelasan dan
semangat bahwa keajaiban masih bisa terjadi. Nina mulai dapat berpikir jernih,
hingga ia tertidur.
Keesokan
paginya....Nina mencium aroma yang berbeda, aroma yang sangat disukainya. Harum
bunga mawar, Ia perlahan membuka mata. "Tio, di mana aku, kenapa semuanya
tampak berbeda ?" "Selamat pagi my sunshine, bagaimana kondisimu
sekarang ?? O ya, sekarang kamu ada di ruang perawatan 402. Kurasa kamu sudah
sehat, jadi semalam ketika kamu terlelap aku meminta ijin kepada dokter untuk
memindahkan kamu ke ruang perawatan saja agar kamu lebih nyaman. dan ternyata
beliau mengijinkan. Emmmm..ini buat kamu (sambil memberikan bucket mawar ungu
kesukaan Nina) kamu suka ?" Nina menerima bucket mawar itu dengan
senyum penuh arti. Ia serasa kembali bernostalgia, hari di mana ia bertemu
dengan Tio untuk pertama kalinya karena mawar ungu. "Tio, makasih untuk
semuanya, maafkan aku. Andai aku tidak keras kepala mungkin semua ini tidak
akan pernah terjadi." Tio yang saat itu ada di samping tempat tidur Nina
menatap dalam-dalam ke arah mata Nina "Buat apa kamu berterimakasih untuk
hal yang memang sudah seharusnya diberikan untukmu dan buat apa kamu meminta
maaf untuk kesalahan yang tidak kamu lakukan? kumohon Nina, mulai sekarang,
tolong percayalah padaku.." Lagi-lagi Nina hanya tersenyum tipis penuh
arti.
Waktu
menunjukkan pukul 15.00 WIB. Sore itu Tio meminta perawat untuk membantu Nina duduk
di kursi roda. "Makasih sus" ucap Tio ramah kepada perawat yang telah
membantu Nina duduk di kursi roda. "Nina, aku akan menunjukkan sesuatu
kepadamu." Perlahan Tio mendorong kursi roda Nina menjauhi tempat
tidurnya, menuju ke jendela tertutup korden cokelat. perlahan Tio membuka
korden itu. Nina terkesima degan apa yang dilihatnya. Mentari senja dengan sinarnya
yang lembut menyapanya. Hal yang sangat Nina sukai, suasana senja..Dengan mata
yang masih sayu Nina menikmati pemandangan senja hari dari ruang perawatannya
di 402 dan....dengan ketulusan hatinya ia berkata "Tio, suatu hal yang berharga ketika aku masih bisa
menikmati suasana senja bersamamu. Meskipun kini aku berada dalam keterbatasan,
namun aku merasa sempurna jika kamu berada di sisiku. Tio, aku sekarang
percaya, kamu tak pernah sekalipun main-main. Sebuah hal paling membahagiakan
ketika aku bisa bertemu denganmu. Namun juga menyedihkan ketika aku tak dapat
lagi berdiri tegak ketika bertemu denganmu...
5 comments:
mawar ungu dan mentari senja :)
Haha iya.. itu yang terlintas di kepala saya saat nulis ini :D
eh Tian, jangan koment doang, follow juga ya. haha :D
udah kok :)
tio nya ganti tian :p
yay..macii..
eh ganti ??
gak bisa lah. bagusan Tio kok :D
Post a Comment