This is my planet. Please visit and follow if you like it. Thank you and God bless :)
RSS

Senja di 402


Senja..entah mengapa aku merasa sangat senang ketika matahari mulai terbenam, menghamburkan sinar kecoklatan yang membuatku serasa melayang jauh tinggi di awan, mencoba menggapai mentari senja....
     Saat ini aku benar-benar merasa terbang di udara, tubuhku ringan sekali. Samar-samar aku mendengar suara seorang lelaki "Nina...Nina...bertahanlah.." suara yang semakin lama semakin meredup dan akhirnya hilang. Aku perlahan membuka mataku, kulihat di sekelilingku. Hanya ada lorong putih di sekelilingku dan..hanya aku sendiri di sini. "Aku di mana ?? Tio ??? di mana Tio? mengapa semuanya menghilang ??" Seseorang...tolong..tolong bebaskan aku dari tempat ini. Aku masih ingin bertemu dengannya.  Tio...aku belum sempat minta maaf kepadanyanya. Tolong bantu aku keluar dari tempat ini...!!
      Kamar operasi tertutup rapat, lampu penanda adanya aktivitas di dalam sana masih terlihat menyala. Di sudut ruang tunggu
pasien operasi, seorang pria berumur 20 an tampak sedang murung. Wajahnya melukiskan ada segurat kecemasan dan kesedihan. Sudah 30 menit berlalu, pemuda itu masih tetap di tempat itu. Sesekali ia mendekat ke pintu masuk ruang operasi, ingin masuk ke dalamnya dan melihat apa yang terjadi di sana. Sesekali juga ia menggigit ujung jarinya dan berjalan mondar mandir tampak sangat cemas. Mungkin karena kecemasannya yang berlebihan hingga ia memutuskan untuk duduk dan menundukkan kepalanya. Dengan lirihnya ia seraya mengatakan "Nina..bertahanlah...kau pasti bisa melewati operasi ini dan melewati masa kritismu...Tuhan..kumohon sukseskan operasinya.."
      Tak lama setelahnya pintu terbuka lebar. Seorang dokter berpakaian operasi tampak keluar dari ruang tersebut. Lelaki yang tadi tampak cemas kini tampak bersemangat, dengan penuh harap dia menghampiri dokter tersebut. "Dokter, bagaimana keadaan pacar saya, bagaimana keadaan Nina ??" dengan hati-hati dokter itu pun menjelaskan "saudara Tio, operasinya berjalan lancar, saudari Nina sekarang masih dalam masa kritis, tetapi anda tenang saja, hal demikian wajar. Jika nanti malam saudari Nina dapat melewati masa kritisnya maka semua akan baik-baik saja namun saya meminta maaf sebelumnya kepada anda saudara Tio. "Maaf untuk apa dokter, anda mengatakan operasinya lancar, lalu apa yang menjadi permasalahan hingga anda meminta maaf ?" Operasinya mungkin berjalan lancar namun tidak sempurna. Kemungkinan buruk kemungkinan besar bisa terjadi."Dengan menghela napas dokter Edi menjelaskan secara perlahan "Maafkan saya saudara Tio, tim dokter sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kemungkinan terburuknya, karena kecelakaan itu saudara Nina akan lumpuh seumur hidup dan hanya dapat berjalan dengan bantuan kursi roda." Tio serasa lututnya lemah, hingga dia jatuh tersimpuh, dengan suara parau Tio berkata "Dokter, tolong lakukan apa saja, lakukan yang terbaik, buat Nina bisa berjalan kembali dokter, tolong dokter."
      Waktu menunjukkan pukul 22.00. Suasana ruangan itu tampak sunyi sepi, hanya suara alat medis  saja yang terdengar nyaring. Di sebelah tempat tidur pasien Tio terus menerus memegang tangan orang yang sangat dicintainya. Mengelusnya secara perlahan seraya berbisik "Nina, kamu pasti bisa melewati masa kritismu Nina, kumohon berjuanglah, buka matamu untukku Nina.."
      Di tempat yang berbeda Nina menangis tersedu-sedu, ia berusaha berjalan menelusuri lorong putih tersebut namun tetap saja ia tak menemukan jalan keluar. Bukannya malah keluar, tetapi ia semakin tersesat jauh. Lorong tersebut tak berujung. Semua tampak sama. Hingga tiba-tiba terdengar suara "Nina, kembalilah. Aku mencintaimu." Nina tersentak, itu suara yang sangat ia kenal. Tio...ya itu suara Tio. Nina hendak mengejar ke arah datangnya suara tersebut, namun belum sempat ia melakukannya sebuah energi yang sangat besar menariknya hingga dia tak merasakan apa-apa lagi.
      Perlahan Nina membuka mata, dia melihat ke sekeliling hingga dia berhenti pada satu titik, di mana sosok yang sangat dikenalnya sedang mengelus dan memegangi tangannya."Tio..Tio". Mendengar suara itu Tio melihat ke arah datangnya suara "Nina..kau sudah sadar sayang ?? kau baik-baik saja kan?" Tio, aku baik-baik saja. Aku hanya merasa lelah saja mencarimu di lorong putih itu, namun tak pernah kutemui sosokmu yang amat menyebalkan itu, hingga aku mendengar kau memanggilku dan aku bisa kembali lagi. Makasih ya." Nina menjawabnya dengan suara lemah. "Sudah dulu ya ceritanya, aku panggil dokter dulu untuk memeriksa kondisimu" Tio mengelus rambut Nina dan bergegas keluar ruangan untuk memanggil dokter."
       Tak lama setelahnya Tio kembali dengan dokter dan suster yang akan memeriksa kondisi Nina. Tio masuk terlebih dahulu, sementara dokter dan suster jaga mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan lanjutan. Begitu masuk Tio langsung menghampiri Nina. Dengan setengah berlari ia terkejut melihat Nina menangis sambil berusaha melepaskan alat-alat medis yang masih ada pada tubuhnya. "Nina...kamu kenapa, mengapa demikian ? kamu gak suka bisa bertemu denganku lagi?" Tio...aku lebih baik mati Tio, semua ini tak ada gunanya. Aku tak dapat menggerakkan kedua kakiku. Aku lumpuh Tio, aku lumpuh. Aku mau mati saja. Aku hanya akan merepotkan semua orang."Ucap Nina sambil berteriak histeris. Seraya memeluk Nina dan mencoba menenangkannya Tio berkata. "Nina, tenanglah tenang, ada aku. Aku yang selalu mencintaimu apapun keadaanmu. Kenapa kamu khawatir, apa kamu masih gak percaya sama aku Nina. Sampai kapan kamu tidak mempercayaiku. Apa aku perlu mati untuk membuktikan keseriusanku ?" Suasana ruangan mengharu biru, hingga akhirnya dokter dan suster jaga masuk memeriksa kondisi Nina seraya memberikan penjelasan dan semangat bahwa keajaiban masih bisa terjadi. Nina mulai dapat berpikir jernih, hingga ia tertidur.
     Keesokan paginya....Nina mencium aroma yang berbeda, aroma yang sangat disukainya. Harum bunga mawar, Ia perlahan membuka mata. "Tio, di mana aku, kenapa semuanya tampak berbeda ?" "Selamat pagi my sunshine, bagaimana kondisimu sekarang ?? O ya, sekarang kamu ada di ruang perawatan 402. Kurasa kamu sudah sehat, jadi semalam ketika kamu terlelap aku meminta ijin kepada dokter untuk memindahkan kamu ke ruang perawatan saja agar kamu lebih nyaman. dan ternyata beliau mengijinkan. Emmmm..ini buat kamu (sambil memberikan bucket mawar ungu kesukaan Nina) kamu suka ?" Nina  menerima bucket mawar itu dengan senyum penuh arti. Ia serasa kembali bernostalgia, hari di mana ia bertemu dengan Tio untuk pertama kalinya karena mawar ungu. "Tio, makasih untuk semuanya, maafkan aku. Andai aku tidak keras kepala mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi." Tio yang saat itu ada di samping tempat tidur Nina menatap dalam-dalam ke arah mata Nina "Buat apa kamu berterimakasih untuk hal yang memang sudah seharusnya diberikan untukmu dan buat apa kamu meminta maaf untuk kesalahan yang tidak kamu lakukan? kumohon Nina, mulai sekarang, tolong percayalah padaku.." Lagi-lagi Nina hanya tersenyum tipis penuh arti.
     Waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB. Sore itu Tio meminta perawat untuk membantu Nina duduk di kursi roda. "Makasih sus" ucap Tio ramah kepada perawat yang telah membantu Nina duduk di kursi roda. "Nina, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu." Perlahan Tio mendorong kursi roda Nina menjauhi tempat tidurnya, menuju ke jendela tertutup korden cokelat. perlahan Tio membuka korden itu. Nina terkesima degan apa yang dilihatnya. Mentari senja dengan sinarnya yang lembut menyapanya. Hal yang sangat Nina sukai, suasana senja..Dengan mata yang masih sayu Nina menikmati pemandangan senja hari dari ruang perawatannya di 402 dan....dengan ketulusan hatinya ia  berkata "Tio, suatu hal yang berharga ketika aku masih bisa menikmati suasana senja bersamamu. Meskipun kini aku berada dalam keterbatasan, namun aku merasa sempurna jika kamu berada di sisiku. Tio, aku sekarang percaya, kamu tak pernah sekalipun main-main. Sebuah hal paling membahagiakan ketika aku bisa bertemu denganmu. Namun juga menyedihkan ketika aku tak dapat lagi berdiri tegak ketika bertemu denganmu...
     

 


5 comments:

Unknown said...

mawar ungu dan mentari senja :)

Shelly Leonia Sisca said...

Haha iya.. itu yang terlintas di kepala saya saat nulis ini :D
eh Tian, jangan koment doang, follow juga ya. haha :D

Unknown said...

udah kok :)
tio nya ganti tian :p

Shelly Leonia Sisca said...
This comment has been removed by the author.
Shelly Leonia Sisca said...

yay..macii..
eh ganti ??
gak bisa lah. bagusan Tio kok :D

Post a Comment