Malam ini hujan turun begitu derasnya. Suara hujan mengalun merdu membangkitkan memori di masa lalu. Kubuka buku harian peratamaku untuk sekedar mengenang masa-masa emas dimana yang kutahu hanyalah sekolah, bermain dan belajar tanpa ada beban. Mulailah aku membuka lembar pertama..
Viona Santa
Datang ke bumi tahun 1995
Hobiku makan dan usilin temen
Hari ini, 11 September 2003 hari ulang tahunku. Mama memberikan buku ini sebagai kado, kata mama aku bisa cerita semua pengalamanku di sini. Aku senang sekali. Bukunya lucu. Ini gambar kesukaanku. Makasih mama, viona sayang mama..
"Hmmm...sudah lama juga ternyata. Aku merasa diriku mulai menua.
12 September 2003
Kelas 3 ini Viona jadi ketua kelas lagi. Hari ini Pak Jaka membelikanku permen 5 buah karena mengantarkan temen yang lagi sakit. Makasih Pak Jaka. Pak Jaka baik.
Diary..kamu tau gak, hari ini viona sebel banget harus sekelas sama si Dito lagi. Dia nakal, tadi aku hampir dipukul sama dia gara-gara aku peringatin untuk gak rame padahal kan aku cuma pengen jadi ketua kelas yang baik aaaa...sebel-sebel. tapi Viona tadi senang, dibelain sama kakak kelas 5 baik hati yang kebetulan lewat depan kelas. Kak Mada namanya. Baik banget tapi juga resek kakaknya. Aku dipanggil gendut. padahal aku kan gak gendut ya? Udah ah Viona mau tidur. Selamat malam diaryku..
12 September 2003 aku bertemu dia, seseorang yang membuatku lebih bersemangat untuk menjalani hari-hari menyebalkan di sekolah. Dia...anak kelas 5, kakak kelasku, kak Mada namanya. Seseorang yang hampir gak pernah memanggilku dengan nama asliku. Hari itu dia datang bagaikan pahlawan, menyelamatkanku dari amukan anak resek bernama Dito. Dia menyeretku keluar kelas dan hanya bilang "Adek ketua kelas gendut jangan takut sama Dito. Kamu pasti bisa". Setelah dia bilang begitu dia balik ke kelasnya karena saat itu bel tanda istirahat sudah usai. Akupun bingung. Bagaimana dia tau aku ketua kelas? dan bagaimana dia tahu kalau anak resek yang hampir memukulku itu namanya Dito? padahal dia kan kakak kelas, dua tingkat diatasku lagi. Ya mungkin saja hanya kebetulan. Atau...sesuatu yang lain...tapi apa..
Hari-hari berjalan seperti biasa. Aku hampir meledak setiap hari gara-gara anak resek bernama Dito yang selalu berulah di kelas. Tapi kata-kata kak Mada selalu membuatku berani untuk mengingatkan Dito meski aku tau itu pun beresiko. Bisa jadi aku yang dibuat nangis olehnya. Dito itu emang emosian. Dia sulit diingatkan. Padahal dia adalah anak guruku yang kebetulan juga mengajar di sekolah itu, Bu Emi namanya. Aku jadi ingat sesuatu ketika memergoki Dito keluar dari kantor guru dengan mata merah. Kaget sekali saat itu terjadi. Seorang Dito, anak paling nakal yang biasanya bikin nangis orang..bisa menangis?? sulit dipercaya. Tak lama setelah Dito keluar bu Emi memandanginya dari pintu kantor guru. Dari situ aku jadi berpikir...Mungkin saat itu Dito menangis gara-gara peringatan dari Bu Emi. Karena kejadian itu juga aku jadi makin berani mengingatkan Dito. Seenggaknya kalau Dito berani melawanku sampai menangis aku bisa membocorkan rahasia Dito yang pernah menangis gara-gara dimarahi guru.
19 September 2003 tanpa disangka kak Mada main-main ke kelasku lagi pas jam istirahat, dia bersama 2 orang temannya. "Hai adek gendut" begitu dia menyapaku. Saat itu aku lagi sibuk memasukkan buku pelajaran dan kotak pensil ke dalam tas. Aku langsung mendongak ke atas dan melihat kak Mada sudah di depanku dengan senyumnya yang sumringah. Aku hanya mengedipkan mata dan diam menatapnya gak tau harus gimana. "Senyum, jangan cemberut aja. Ketua kelas yang baik itu yang murah senyum." Gilaaa...digituin pun waktu itu aku langsung nurut. Ketika aku tersenyum kak Mada mulai mencubit pipiku dengan kedua tangannya "dasar tembem!". Kaget, gak tau harus bilang apa. Waktu itu temen-temen sekelasku tau, langsunglah di ciye-ciyein dan langsung dijodoh-jodohin sama kak Mada. Gosip baru di kelas. Aku mencoba protes ke kak Mada atas perlakuannya tapi dengan santainya dia bilang "Biarin aja, aku gemes sama anak gendut. Udah aku balik ke kelas dulu ya. Sampai ketemu lagi." diapun keluar dari kelas bersama 2 orang temannya dan saat itu aku tau kalau ternyata teman kak Mada itu adalah temannya Dito. Mungkin dari situ juga kak Mada jadi tau soal Dito dan..aku.. Tunggu..soal aku? berarti Dito cerita tentang aku?
***
Entah perasaanku yang salah atau gimana, Dito memang nakal, tapi semakin lama dia semakin penurut. Ketika jam pelajaran kosong karena guru-guru ada rapat, semua orang di kelasku pada sibuk mengerjakan tugas perkalian yang sudah diberikan sebelumnya. Suasana saat itu lagi hening, tiba-tiba Dito kembali membuat ulah. Dia bersama ke-3 anak laki-laki lainnya memainkan musik dengan bangku yang cukup membuat gaduh. Mendengar bunyi berisik yang mengganggu membuatku gak bisa tinggal diam. Akhirnya dengan berani akupun menuju ke tempat duduk Dito. Kugebrakkan tanganku di atas meja yang dia gunakan untuk bermain musik bersama teman-teman lainnya. braaaak"Jangan berisik! kasian kan temen-temen yang lain". Sejak kejadian itu Dito jadi penurut, jadi gampang dinasihatin. Tapi juga tetep aja nakalnya masih ada.
26 September 2003. Lagi-lagi kak Mada dateng ke kelas. Tapi kali ini dia sendirian. Sama kayak minggu kemarin dia menghampiri bangkuku lagi. "Anak gendut.." dia menyapa sambil tertawa..akupun membalas sapaannya dan sempat mengobrol sama dia, tapi cuma sebentar sebelum akhirnya dia pamitan buat balik ke kelasnya. "Udah ya, aku mau balik ke kelas. daaa". Selalu sama seperti sebelumnya. Sebelum pergi dia mencubit pipiku lagi dan kali ini dia mengacak-acak rambutku. Ya...sejak saat itulah aku menyebutnya pahlawan hari jumat. Dia selalu datang di hari yang sama. Hari jumat.
Semakin lama aku jadi akrab sama kak Mada. Aku sering berinteraksi sama dia. Pas jam istirahat, sekedar jajan bareng di kantin atau bahkan saat upacara bendera di lapangan. Salah satu hal yang aku ingat saat upacara bendera. Kak Mada rela sembunyi-sembunyi dan berbaris di deretan siswa kelas 4 untuk sekedar bisa mengawasiku lebih dekat. Mungkin dia khawatir aku diusilin dan dipukul sama Dito seperti waktu itu. Padahal sebenernya kak Mada gak perlu melakukannya. Aku sekarang udah gak takut lagi sama Dito. Tapi emang dasarnya kak Mada itu baik. Dia memang benar-benar pelindungku, pahlawan hari Jumatku. Aku senang sekali bisa kenal, bahkan seakrab ini sama dia. Karena kami semakin akrab gosip pun semakin menyebar luas di kelas. Banyak temen temen yang menuliskan namaku dan kak Mada di papan tulis dan di mejaku. Tapi aku gak peduli sama hal itu, toh bagiku kak Mada itu udah aku anggap kakakku sendiri dan satu hal lagi..aku masih SD sama mama gak boleh pacar-pacaran.
***
Satu minggu lagi ujian kenaikan kelas, hari itu kelasku istirahat lebih awal. Aku pun pergi ke kantin bersama sahabatku, Caca namanya. Ketika ke kantin, kami melewati area depan kelas kak Mada. Hari itu Pak Jaka yang mengajar di kelas kak Mada. Semua siswa kelas 5 tampak serius memperhatikan penjelasan beliau. Aku pun meneruskan langkah bersama Caca ke kantin. Kami membeli snack dan minuman kemudian langsung kembali lagi ke kelas. Pas di kantin Caca menyenggol lenganku dan berkata "Vi, kamu tadi diliatin sama kak Mada lo pas kita lewat di depan kelasnya". Akhirnya habis dari kantin ketika sampai di depan kelas 5 aku mengajak Caca untuk berhenti di sebelah pintu ruang kelas 5 sambil mencoba bersembunyi agar tidak ketauan pak Jaka. Saat itu aku menunggu sampai kak Mada menoleh ke arah luar. Tak lama kemudian kak Mada menoleh ke arahku. Aku melambaikan tangan kepadanya, kemudian meminum minuman yang aku beli di kantin tadi seperti adegan iklan minuman di tv. Kulihat kak Mada tampak sebel. Akupun mencoba mengejeknya. Kujulurkan lidahku dengan jariku meliuk-liuk menandakan "kasian deh loe". Kelihatan banget kak Mada semakin sebel dan aku senang melihatnya sebel kayak gitu. Tanpa di sangka kemudian pak Jaka memanggilku. "Kenapa Viona, ada perlu?". Aku pun kaget setengah mati. Dengan wajah ketakutan kujawab "Enggak kok Pak". Setelah itu Caca menyeretku beranjak dari tempat itu. Kak Mada tertawa melihat kejadian itu, akupun memberikan isyarat kepalan tangan kepadanya dan segera berlari kecil kembali ke kelasku. Malu banget saat itu sumpah.
Ujian tiba..aku jadi sibuk untuk menghadapi ujian. Belajar..belajar dan belajar..hasilnya ketika kenaikan kelas aku berhasil jadi juara 1. Bersyukur banget, senang rasanya. Kulihat mama tersenyum senang. Setelah hari pengambilan raport mama langsung mengajakku pulang. Padahal hari itu aku pengen ketemu kak Mada untuk sekedar berbagi kebahagiaan. Aku ingin pahlawanku tahu kalau aku bisa bertahan jadi ketua kelas dan berhasil menyelesaikan tugas sampai akhir, aku ingin melihat kak Mada tersenyum dan aku ingin berterimakasih dengannya atas hari-hari menyenangkan selama 1 tahun ini. Tapi sayang semua itu gak bisa kulakukan. Setelah pengambilan raport, hari libur tiba. Selama liburan aku menghabiskan waktu di rumah. Main main dan main. Senang sekali rasanya terbebas dari hiruk pikuk kelas yang cukup menyebalkan karena tugas dan adanya bocah tengil yang mengganggu kenyamananku di kelas. Liburan emang mengasyikkan tapi ketika libur aku merindukan teman-teman sekelas dan ingin segera masuk sekolah lagi.
Masa liburan habis..aku kembali ke kelas. Hari pertamaku di kelas 4. Kelas baru, buku baru, alat tulis baru, suasana baru. Hari itu pokoknya aku cukup semangat menjalani hari baru. Wajah teman-teman sekelasku hari itu, semua tampak segar. Senang rasanya bisa bertemu mereka kembali. Tapi tunggu...aku merasa ada yang kurang, hari itu aku gak melihat Dito. Dimana dia???? akankah dia sakit? atau pergi?. Sebenarnya aku ingin mencari tau tentang dia ke teman-teman, namun segera kuurungkan niat itu. Buat apa aku mencari tahu bocah tengil itu. Nanti juga dia pasti datang kalau sudah waktunya.
Teng teng teng...bel berbunyi, Pak Tejo memasuki ruangan kelas. "Selamat pagi anak-anak, saya Pak Tejo wali kelas kalian..Semoga kalian bersemangat ya di kelas yang baru. Oh ya ada pengumuman yang ingin bapak sampaikan. Hari ini kita kedatangan teman baru namanya Randi. Randi silahkan masuk dan memperkenalkan diri". Jadi....hari itu kelasku kedatangan teman baru dan hari itu juga aku harus kehilangan satu teman, Dito. Dia ternyata pindah ke sekolah lain. Hari pertama selalu ada pemilihan ketua kelas dan lagi-lagi aku jadi ketua kelas. Entah apa yang kurasakan sekarang, intinya aku masih merasa sedih. Musuhku...aku kehilangan musuhku.
Seminggu aktif sekolah. Suasana baru di kelas 4. Dito mungkin memang sudah pindah tapi aku rasa dia tidak benar-benar pindah ada seseorang yang menggantikannya. Si Randi lebih nakal daripada Dito, dia lebih belagu, sombong lagi. Hari itu dia membuat sekelas heboh gara-gara dia membawa telpon selular/handphone. Anak baru yang belagu. Akupun gak banyak berkomentar. Tapi aku memang tetap menjalankan tugasku sebagai ketua kelas. Saat ada yang membuat kelas ricuh ya aku mencoba mengondisikan keadaan. Tapi...ketika itu ada yang berbeda. Kak Mada, aku gak pernah melihatnya lagi sejak kejadian pas jam istirahat itu. Anak kelas 6 memang sekarang semakin sibuk, masuk paling awal dan pulang paling akhir. Ya, aku yakin kak Mada lagi sibuk mempersiapkan UAN. Semoga sukses kak..
Setahun kemudian.. aku duduk di bangku kelas 5. Kak Mada dia sudah lulus. Dia tidak pamitan atau apa. Sedih sedih sedih. Aku gak menyangka kenapa dia begitu jahat. Dia berhasil jadi pahlawanku. Dia berhasil membuatku menjadi ketua kelas yang berani dan tegas, tapiii...kenapa dia tidak memberiku kesempatan untuk berterima kasih. kenapa dia pergi gitu aja. Tanpa pamitan. Kak Mada..apakah kakak melupakanku?
*****
Malam itu aku terus membuka buku harianku secara acak. Entah mengapa aku memang ingin mengulang ceritaku bersama kak Mada. Kemudian aku beralih ke buku harian lainnya. Memang kak Mada ini orang yang misterius, dia datang secara misterius dan dia pergi secara misterius.
1 Januari 2007
Dear diary,
Happy new year. Viona seneng sekaligus deg-degan. UAN semakin dekat..
Harapan di tahun ini aku bisa dapet nilai tertinggi dan melanjutkan sekolah di SMP Favorit. Aminnn..
Kelas 6..bersahabatlah sama Viona ya.
Ceritaku sama kak Mada memang berakhir sejak saat itu. Tapi siapa sangka ternyata kisah ini tidak benar-benar berakhir. Ketika itu hampir mendekati masa ujian nasional. Tahun itu mama memberiku sebuah handphone. Wah senang sekali rasanya. Karena punya handphone aku jadi sering smsan sama teman-teman. Ya memang seru sih. Hingga suatu ketika aku menerima SMS dari nomor asing yang belum tersimpan di kontakku.
From : 081*********
Gendut..Apa kabar?
To: 081*********
Maaf ini siapa dan ada perlu apa?
From : 081*********
Hahaha..sepertinya kamu lupa sama aku. Oke suatu saat kamu akan tau
SMS itu membuatku bertanya-tanya. Siapa dia?. Esoknya aku mencoba mencari tahu ke teman-teman di sekolah, hingga akhirnya aku menemukan jawabannya. Sorenya aku kembali mendapat sms dari nomor itu.
From : 081*********
Selamat sore ndut. Sudah tau siapa aku?
To: 081*********
Ini kak Mada kan. Gimana kamu bisa tau nomorku kak?
From : 081*********
Rahasia. hahaha
To: 081*********
Tau dari siapa kak, kalau gak mau ngasi tau aku gak mau balas sms lagi.
From : 081*********
Astaga ndut, tetep aja kamu. Ya aku dapet dari temenmu si Oni.
Ya sejak saat itu aku kembali berkomunikasi sama kak Mada. Dia ternyata tau nomorku dari temen sekelasku yang rumahnya deketan. Senang rasanya. Hingga suatu hari pas aku pulang sekolah, tanpa disangka aku ketemu kak Mada di jalan sebelah sekolah dengan dia masih mengenakan seragam sekolahnya, sepertinya dia memang baru pulang sekolah. Kak mada pun memblokir jalanku dan hal itu membuatku berhenti. Dia kali ini benar-benar berbeda, suaranya berbeda. Dia bukan anak-anak lagi. Saat itu kami gak bertemu lama karena banyak teman-teman dan guru-guru SD pun pada pulang. "Ndut, aku pulang dulu. Gak enak dilihat guru-guru. Nanti aku sms". Akhirnya kak Mada pulang, ia menjalankan sepeda motornya dengan cepat. Kali ini aku melihat kak Mada masih sama seperti dulu. Cara pamitannya masih sama. Aku melihat pahlawanku. Pahlawanku kembali. Kali ini dia datang bukan untuk menyelamatkanku dari Dito lagi, tapi kali ini dia menyemangatiku untuk bisa melewati masa-masa berat di kelas 6.
***
Februari 2007
From : 081*********
Ndut..nanti jam 8 temui aku di depan rumahmu. PENTING
Bulan Februari, hari Sabtu. Kak Mada mau main ke rumahku. Aku kaget bukan main. Itu pertama kalinya ada seorang cowok yang mau main ke rumahku, sendirian lagi. Melihat sms nya seperti itu aku gak membalasnya, aku merasa takut. beberapa menit kemudian kak Mada menelpon. Aku pun gak berani mengangkat teleponnya. Tapi kak Mada memang bukan sosok yang mudah menyerah. Dia menelpon lagi hingga 3x, dan di telponnya yang ke 3 aku mengangkatnya "ha..halo..ada apa kak?" "Nanti jangan lupa jam 8. Temui aku." akhirnya aku menjawab "eemmm...iiya kak..i..i ya". "Oke sampe ketemu nanti."
20.00
Aku masih sibuk berkutat dengan soal-soal latihan UAN. Semua orang di rumah sudah pada tidur sejak sore karena sepanjang hari sibuk bekerja. Apalagi dari tadi sore hujan mengguyur begitu derasnya, sangat mendukung untuk tidur. Malam itu tinggal aku yang masih bertahan. Gerbang depan rumah sudah tertutup sejak pukul 19.00 tadi. Tak beberapa lama kemudian aku mendengar ada suara sepeda motor berhenti di depan rumah. Akupun melihat ke arah luar melalui jendela di ruang tamu. Kak Mada..dia datang. Gerimis-gerimis begini dia tetap datang. Aku hanya memandanginya melalui jendela. Kulihat dia melambaikan tangan, memintaku untuk menemuinya. Tapi tetap saja malam itu aku gak punya keberanian untuk menemuinya. Jantungku berdegup kencang. Entah kenapa, gak tau kenapa seperti ini. Selama beberapa menit kulihat kak Mada masih melambaikan tangan dan memberi isyarat kepadaku untuk keluar rumah dan menemuinya. Sepertinya dia memang mau ngomong sesuatu. Dia pun mencoba membuka gerbang rumahku, namun gagal karena memang sudah terkunci. Hingga akhirnya dia menyerah. Sebelum dia pergi sempat kulihat dia membentuk sebuah isyarat, sebuah lambang hati dengan jarinya dan dia akhirnya melambaikan tangan ke arahku, kulihat matanya memerah dan dia perlahan meninggalkan rumahku dengan sepeda motornya. Suasana sepi. Hujan bertambah deras, aku terduduk, masih di depan jendela mencerna apa yang dimaksud kak Mada barusan.
Malam itu gak ada sms dari kak Mada, akupun gak berani sms dia. Hari minggunya masih tetap sama tidak ada SMS atau telepon darinya. Esoknya, hari senin aku mencoba bertanya ke Oni, aku pengen tahu ke mana kak Mada, kenapa dia tak menghubungiku lagi. Dari situ kutahu kak Mada pergi. Dia pindah rumah. Ke suatu tempat yang jauh. Aku mencoba menjangkau kak Mada. Mencoba sms untuk meminta maaf dan sekedar tanya dia dimana namun sayang aku benar-benar telah kehilangan dia. Nomornya gak aktif.
***
Masa-masa sebelum ujian nasional, sama seperti malam ini. Aku tengah berusaha mencerna soal-soal latihan ujian nasional. Tiba-tiba titik-titik air jatuh membasahi lembar buku harianku. Sulit dipercaya semua berlalu begitu cepat. Kak Mada..aku mengerti sekarang apa maksud dari isyaratmu malam itu..
Seandainya waktu itu kamu tidak menyelamatkanku dari Dito..
Seandainya waktu itu kamu tidak kembali lagi..
Seandainya malam itu aku menemuimu...
Seandainya aku bisa memberimu waktu untuk mengatakannya..
Seandainya saja kamu kembali lagi untuk yang kedua kalinya..
Kak Mada...akupun akan memberikan isyarat yang serupa....
Aku tak akan mengijinkan kamu pergi begitu saja...
Seandainya....
4 comments:
mengharukan jg ceritanya :')
quotes dari http://shellypianeta.blogspot.com/2014/08/limited-8-momen-langka-yang-dapat.html yg "kalau cinta, ungkapkan saja selagi ada waktu" relevan nih sama cerita ini haha
Oh NO..
kak..jangan kritis" gitu
jadi takut aku :D
ahahaha, gomen nasai udah bikin imouto chan takut u,u
ceritanya lagi menyamakan tulisan di blog ini dgn TA...
kan di TA ada Studi Pustaka untuk memastikan apakah penelitian yg dibuat ada korelasi ga dgn penelitian yg sdh ada. Ibaratnya kalo disini, tulisan blog yg skrng ada korelasi ga dgn tulisan blog yg sebelumnya hehe
Post a Comment