This is my planet. Please visit and follow if you like it. Thank you and God bless :)
RSS

Solar Eclipse and Banaspati


Hari ini 9 Maret 2016 ada Gerhana Matahari
       Ngomong-ngomong soal gerhana nih ya. Dulu waktu aku masih kecil dan waktu itu bertepatan dengan gerhana matahari pada  tahun 2008 kalau gak salah nenekku bilang ke aku gini "nduk, gerhana itu terjadi karena bulannya dimakan sama Banaspati/Buto Rahwono". Buat kalian yang baca tulisan ini mungkin sebagian ada yang belum tahu apa itu banaspati. Jadi banaspati ini adalah sosok makhluk berbadan raksasa dan berwajah menyeramkan. konon katanya itu makhluk bisa terbang gitu dan dia ini jahat. emmm...kira-kira sosoknya kayak gini lah ya :
Sumber : Google
Serem kan? kayak ada api-apinya gitu. Nah dulu itu waktu nenekku cerita kayak gitu aku bener-bener ketakutan (haha polos sekali). Padahal kalau kita lihat dari definisinya Gerhana matahari itu adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika posisi bulan terletak diantara bumi dan matahari sehingga dampaknya cahaya matahari menjadi tertutup sebagian atau secara keseluruhan. Secara ilmiah gambarannya kira-kira kayak begini :

Terus Banaspatinya itu di mana? dia ngapain? Terus nih semisal bener itu matahari di makan sama dia, anatomi dan struktur pencernaannya itu kayak gimana, segede apa ?? terus lagi kenapa mataharinya bisa balik lagi kayak semula, abis dimakan dimuntahin lagi gitu ? dan terakhir darimana nenekku bisa menceritakan alur terjadinya gerhana matahari yang dramatis itu? 

hhhmmm masih menjadi misteri sepertinya haha...
Karena gerhana matahari dan cerita nenekku tentang banaspati aku jadi teringat akan sesuatu. Tentang kejadian yang kualami Januari yang lalu...
       Jadi nih ya ini cerita yang kualami beberapa waktu yang lalu, tepatnya awal Januari, masih dalam rangka liburan kuliah semester ganjil. Ada pesta rakyat di daerah rumahku. Ada kesenian, tari tradisional dan cerita rakyat yang disajikan dari acara itu. Waktu itu seperti orang kebanyakan aku tertarik buat nonton, tapi jujur aku tertariknya di segmen dagelannya. Kalau cerita rakyatnya sebenernya tertarik tapi agak bingung mencerna alur ceritanya, soalnya make bahasa krama inggil/bahasa Jawa halus dan aku sendiri kurang begitu mahir tentang krama inggil jadi bingung gitu mencerna dialog sama alur ceritanya. Tapi jauh di dalam lubuk hati yang terdalam aku tetep suka kalau yang namanya cerita rakyat, apalagi Indonesia punya.
     Acara rakyat itu mulainya pukul 22.00 dibuka dengan iringan musik gamelan, tari-tarian kemudian masuk ke alur cerita tentang kerajaan-kerajaan gitu. Segmen dagelan sendiri baru muncul pukul 02.00 (masih lama). Saat itu aku lihat acara itu gak sendiri. Ada gandengannya kok. Ada mama, nenek, tante, dan adik sepupuku. Kami memang antusias buat lihat bareng-bareng biar kompak. hohoho. Waktu itu kami dapet spot tempat duduk yang lumayan bagus, bisa melihat area pertunjukan dengan sangat jelas dan kami juga dapet tempat duduk. Mayan lah..setidaknya varises karena kelamaan berdiri bisa dicegah.
     Waktu menunjukkan pukul 02.00 Hanya aku, mama, tante dan nenekku saja yang tersisa (ada penonton lainnya juga sih). Adik sepupuku sudah terlena dengan kasurnya. Dia memilih untuk molor. Aku berencana merekam segmen dagelan dari awal sampai akhir buat ditunjukin ke adik sepupuku yang sudah tepar itu tadi, biar dia juga bisa tau meski lewat rekaman. Aku juga sempat mendokumentasikan adegan-adegan dalam cerita rakyat itu (cuman ngambil foto biasa aja sih). Awalnya normal-normal aja, tapi ada 1 foto yang bener-bener bikin aku bertanya-tanya dan ngrasa aneh, yaitu adanya personil "tambahan" di atas panggung. Tubuhnya memiliki ukuran yang berbeda dengan personil lainnya. 1 hal lagi..dia tembus pandang dan gak punya kaki. Ini fotonya (lihat tanda merah dan silahkan menebak sendiri itu kira-kira apa??)
Foto asli gak pake efek apa-apa (foto ini diambil saat adegan perang dengan setting tempat di hutan angker)
Di area lingkaran itu memang ada satu personil yang make baju kuning (peran hulubalang/prajurit) tapi siapa di depan orang itu. Di area punggungnya kayak ada kobaran apinya kakinya juga..mana kakinya ?. Mirip kan ya sama visualisasi Banaspati yang aku tunjukin sebelumnya.
     Dalam kebingunganku, setelah foto ini diambil aku langsung nunjukin ke mama dan tante yang posisi duduknya tepat di sebelahku dengan tujuan berbagi kebingungan dengan mereka, Eh enggak maksudnya adalah aku minta mendapat mereka, siapa tau mereka bisa menyimpulkan dengan bijak dan tepat, jadi kebingunganku akhirnya hilang. Tapi ternyata jauh dari ekspektasi, mereka juga dibuat bingung sama hasil jepretanku itu. Gak cuma itu..tetangga-tetangga yang duduk berdekatan dengan kami pun juga jadi ikut kepo pengen lihat dan menebak-nebak dengan analisa mereka masing-masing. Awalnya aku berpositif thinking. Bisa jadi itu karena resolusi kamera yang rendah jadi gambarnya pecah dan tak berbentuk. Bisa jadi itu efek nge blur karena ada goncangan pas aku ngambil gambarnya (soalnya kan emang iya agak blur ya itu hasil fotonya) tapi...setelah makhluk itu ketangkap kamera. Lampu panggung mati tanpa sebab yang jelas. Padahal sudah pake genset. Genset nya masih hidup dan berfungsi dengan baik. Buktinya di area kursi tamu lampunya masih menyala. Hanya lampu panggung saja yang mati. Waktu itu aku melihat kru dari pertunjukan itu lari-larian, sepertinya mau mencoba mencari permasalahan dan memperbaiki lampu yang tiba-tiba mati itu. Pertunjukan akhirnya terhenti selama beberapa menit namun iringan gamelan tetap mengalun merdu. Dan...beberapa menit kemudian..jeng jeng..tibalah di segmen dagelan. Isinya ketawa terus..sampai lupa soal foto tadi. Padahal sebenarnya masih banyak pertanyaan yang bersarang di otakku tentang "apa itu?"
      45 menit berlalu, segmen dagelan selesai. Aku kembali ke kursiku setelah merekam dagelan mulai dari awal sampai akhir, Pegel juga nih tangan. Maklum..merekamnya make tripod manual (read:tangan). Selesai merekam aku balik ke tempat duduk di awal tadi. Sesampainya di kursi beberapa tetangga pada kepo tanya hasil jepretanku. Dalam hati : "Cepet banget berita nyebarnya. Baru beberapa menit udah diburu aja". Disitu aku ngerasa kayak selebriti yang lagi dikejar-kejar sama wartawan (hahaha lebay). 
      Karena pada banyak yang tanya akhirnya aku menunjukkan hasil jepretanku ke beberapa tetangga yang sejatinya masih tergolong kerabat itu. Kulihat ekspresi mereka. Sebagian mengernyitkan dahi (mungkin sama bingungnya kayak aku), sebagian lagi mencoba menganalisa. Beberapa orang mengatakan "Oh kui palingo "iku" lewat teko sebelah. Nyebrang jalan" mamaku juga nyeletuk "iyo paling, soale onok sing pernah diweruhi pisan". Sekian cuplikan dari obrolan antar ibu-ibu (ini bukan gosip lho, jangan salah). 
     Udah itu aja..kalau kalian tanya apa kesimpulanku aku jujur gak ngerti juga. Tapi apapun itu yang jelas tetap berdoa ke Tuhan, minta perlindungan biar semuanya baik baik saja. Udah itu aja sih. 

"Bagaimana dengan pendapat kalian? 
Menurut Kalian itu apa? Banaspati? atau resolusi kamera yang rendah?"

Sepertinya memang masih menjadi misteri..tapi 1 hal yang tidak lagi menjadi misteri, tentang nenekku yang mengaitkan gerhana matahari dengan banaspati..dan darimana nenek mendapatkan sumber tentang cerita itu, ya sudah pasti dari........hahaha (if you know what i mean)


0 comments:

Post a Comment